02 March 2011

Burung Elang dan Burung Pipit

oleh Indah CandRa pada 25 Februari 2011 jam 9:06

Aku melihat ke bawah dan melihat bayangan seekor burung pipit yang sedih dan lemah,
selalu mengepakkan sayap-sayap kecilnya menerpa angin,
dan saat butiran-butiran pasir yang beterbangan menghujam tubuhnya
ia berjuang dengan segenap kemampuannya untuk tetap terbang,
membungkukkan punggungnnya yang telah letih
Aku merasakan diriku bagai burung pipit itu, terbelenggu dan tak berdaya di bumi ini
dan kesedihan menorehkan luka yang dalam pada asa di dalam diriku yang melemah,
Aku telah menihat sebuah gelas yang kosong setengahnya,
yang membuatku begitu putus asa,
Sebenarnya, bagian yang setengahnya yang dituangkan
adalah nektar yang telah lama aku inginkan dan butuhkan,
Aku mennagis dalam hati,
Aku berhenti dan mencium sekuntum mawar tapi pastinya mawar yang salah.
Aku punya jiwa dan spirit tapi telah lama terlupakan
dan jiwa serta spirit itu bahkan tidak saling menyapa.
disaat aku mengerahkan sisa-sisa daya dan keberanianku
ke dalam sayapku yang harus segera aku kepakkan,.
Aku benar2 kehilangan arah dan tujuan yang telah aku tetapkan
Aku benar2 tersesat dimana aku telah ditakdirkan untuk berada
Setiap bidang tanah yang kutandai ada di sini
dan aku semakin tersesat dalam hidup ini.
Dalam gelapnya pengetahuanku akhirnya kutemui harapanku
dalam kebenaran sejati yang sama ssekali tidak kumiliki.
Aku takkan pernah mencapai tempat yang telah ditakdirkan untukku melalui jalan ini
tak peduli upaya, darah, air mata,
keelokan jiwaku,
saat sayap-sayapku terluka oleh makhluk kesedihan yang kuciptakan sendiri.
Dan dalam pengharapan yang hampa ini,
yang terbentuk dari penghinaan namun menyadarkan,
Aku menemukan angin.
Bukan hanya angin tapi angin di dalam angin.
Aku berhenti mengepakkan sayapku, membiarkannya, dan mulai melayang
melambung ke angksa jiwaku yang sejuk dan lembut,
kehidupanku yang sesungguhnya sebenarnya tak perlu dicemaskan.
Segala sesuatu menjadi baru dan aku melayang, kemudian membumbung tinggi,
tak perlu mengepakkan sayap menuju surga,
Sayap-sayapku memeluk langit dan akhirnya
jiwaku mengenal lagi spiritku.
Nektar itu bukan di dalam gelas
karena ia telah dituangkan ke dalam jiwaku
dan mawar yang harum mewangi itu ada dimana-mana.
Aku tak perlu berjuang dan melukai tubuhku karena sekarang aku hidup.
Pasir dan angin turut bersamaku di saat aku terbang,
saudara-saudaraku ada disisiku,
mengusap-usap dan memelukku.
Aku mengamati isi seluruh dunia menghirup dan menghembuskan keindahan murni,
Berat tubuhku menguap bersama napas kelegaan yang kuhembuskan
dan mengisi awan gemawan yang membelai rambutku.
Aku melihat kebawah.
Burung pipit yang sedih itu tidak ada lagi.
Aku hanya melihat rentang lebar sayap seekor elang
berteman dengan angin dan semua angin
di mana elang selalu menjadi bagiannya

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentar anda pada BLOG milik aku