02 December 2010

Antara Takut dan Harap

Jumat, 24 Juni 2005
oleh: KH AA Gymnas....
Republika Online, Jumat, 13 Mei 2005

"Apabila Allah Ta'ala bukakan pintu raja' (harapan),
maka saksikan apa yang Allah berikan untukmu. Apabila
kamu ingin Allah bukakan pintu khauf (takut),
perhatikanlah apa yang telah engkau amalkan mentaati
Allah." (Imam Ibnu Atha'illah)

Saudaraku, ada dua hal yang bisa memotivasi orang
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu amal, yaitu
raja' (harap) dan khauf (takut). Biasanya, orang akan
bersemangat kalau ada untungnya dan orang akan
menghindar kalau tahu bahayanya.

Raja' adalah harapan yang selalu dipanjatkan oleh
seorang hamba kepada Allah SWT; harapan agar amal
ibadahnya diterima, harapan agar terhindar dari
perbuatan yang dimurkai Allah, dan harapan agar selalu
berada dalam rida-Nya.

Sikap harap kepada Allah akan mendatangkan ketenangan
dan optimisme dalam hidup. Betapa tidak, Allah adalah
pemilik segala-galanya. Ia Mahatahu apa yang terbaik
bagi kita. Semua tindakan-Nya teramat tepat, tidak
mungkin salah. Karena itu, kita jangan salah
menggantungkan harapan diri. Semakin kuat harapan kita
pada Allah, akan semakin tenteram pula hidup ini.
Sebaliknya, semakin berharap pada makhluk, akan
semakin gelisah hidup kita.

Di samping raja', ada pula sikap khauf atau takut.
Pentingkah rasa takut itu? Sangat penting. Allah SWT
"menakuti-nakuti" manusia dengan ancaman siksaan
neraka. Untuk apa? Agar kita menghindari perbuatan
maksiat.

Allah SWT menciptakan banyak ketakutan, misalnya takut
akan kematian. Ada orang yang tidak takut kepada dosa,
tetapi takut kepada mati. Takut mati itu baik, karena
bisa membuat kita memperbanyak amal. Jika suatu saat
kita melakukan perjalanan, kita harus membayangkan
siapa tahu kita meninggal ketika berada dalam
kendaraan! Karena itu, berusahalah untuk selalu
berdzikir. Andaikan kita meninggal, insya Allah
meninggalnya dalam keadaan berdzikir.

Perasaan raja' dan khauf; harap dan takut ini hanya
sah bila ditujukan pada Allah semata. Kita boleh
berharap dan takut kepada makhluk dalam takaran yang
wajar, karena makhluk tidak dapat mencelakakan diri
tanpa izin Allah. Yakinlah, tidak ada yang dapat
mencelakakan kita tanpa seizin dari Allah Yang Maha
Berkuasa. Yang tak kalah penting, kita harus
menempatkan sikap raja' dan khauf ini dalam keadaan
seimbang dan proporsional. Bila terlalu besar rasa
harap, dengan mengabaikan rasa takut, kita akan
cenderung menyepelekan amal bahkan terjatuh pada
ketertipuan diri. Sebaliknya, bila terlalu takut
dengan mengabaikan harapan, kita akan cenderung
fatalis, berputus asa, dan hilangnya optimisme dalam
diri.

Sebagai sebuah ilustrasi, ada orang yang sering
was-was dalam shalat, mulai dari wudhu hingga takbir.
Ketika wudhu ia melakukannya berkali-kali, karena
selalu merasa bahwa wudhunya tidak sempurna. Begitupun
ketika takbir, ia melakukannya berkali-kali hingga
menggangu orang yang ada di sebelahnya. Sikap was-was
seperti ini bersumber dari tidak seimbangnya raja' dan
khauf dalam beribadah. Rasa takutnya (khauf) terlalu
berlebihan, sehingga menimbulkan kemudharatan.
Begitupun sebaliknya, ada orang yang terlalu pede,
sehingga ia kurang memperhatikan aturan atau
rukun-rukun dalam ibadah, sehingga ibadahnya terkesan
asal-asalan. Yang terbaik, sekali lagi, adalah
terjaganya keseimbangan di antara raja' dan khauf
tersebut. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemaaf, Dia akan
mengampuni setiap dosa dan ketidaksempurnan dari amal
setiap manusia, selama niat si hamba ikhlas karena
Allah. Wallahu a'lam bish-shawab.
NLOP tech

sams' life

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentar anda pada BLOG milik aku